Sunday, 15 July 2012

Membangun Pertanian Ala Jepang

oleh 
 
Anton Setyo Nugroho 1) 

Porsi lahan pertanian Jepang hanya 25% dari total wilayahnya yang sebagian besar berupa pegunungan. Namun jumlah yang kecil tersebut mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Jepang. Dilatar belakangi dengan sumberdaya alam yang miskin, Jepang menjadi bangsa yang berpola fikir untuk selalu “berkreasi dan menciptakan” di segala bidang termasuk bidang pertaniannya. Pasca kekalahan perang pada Perang Dunia II, Jepang mulai beralih pada pembangunan ekonomi dengan Pertanian sebagai prioritas utama saat itu. 
 
Kebijakan Pembangunan Pertanian Jangka Panjang
Kebijakan Pembangunan pertanian yang diambil telah diperhitungkan memiliki efek jangka panjang untuk keberlangsungan pertanian itu sendiri. Selain itu beberapa kebijakan saling mendukung untuk memunculkan impact yang besar.
 
Salah satu kebijakan yang diambil dan manfaatnya dirasakan sampai saat ini adalah Peraturan Nasional tentang Konsolidasi (Penyatuan) Lahan tahun 1961. Kebijakan ini diambil karena kepemilikan lahan pertanian saat itu terpecah-pecah dan luasannya kecil sehingga tidak efektif. Kebijakan konsolidasi lahan tersebut berlaku secara nasional dan wajib bagi seluruh petani di Jepang. 
 
Untuk mendukung kebijakan ini, pemerintah Nasional dan Pemerintah Lokal juga memprioritaskan pembangunan infrastruktur sekitar kawasan pertanian seperti jalan usaha tani, saluran air, dll. Tidak heran bila saat ini kepemilikan lahan pertanian berkisar antara 10 – 30 hektar/KK dan berada sekitar jalan raya (yang notabene merupakan jalan usaha tani). 
 
Dengan luas kepemilikan lahan yang besar dan terpusat pada satu lokasi, membuat produktivitas pertanian Jepang sangat tinggi. Hal ini sangat besar manfaatnya terutama karena pertanian hanya bisa dilakukan satu musim (Jepang memiliki 4 musim) yaitu pada musim panas. Produktivitas ang tinggi akan menutupi masa tidak produktif pada musim Dingin dan gugur. 
 
Peran Koperasi Pertanian 
Peran pemerintah dalam pembangunan pertanian secara umum semakin lama semakin berkurang. Saat ini pemerintah Jepang hanya berfungsis sebagai pembuat peraturan dan mengeuarkan kebijakan. Sementara berbagai aktivitas lapangan banyak diambil alih oleh Japan Agriculture Cooperative (JA Cooperative) atau sejenis koperasi pertanian di Indonesia. Sebenarnya terdapat beberapa organisasi pertanian di Jepang, namun yang paling dominant adalah JA Cooperative. 
 
JA Cooperative pada awalnya merupakan lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah Jepang sejak awal 1900 an, dan beranggotakan Petani-petani Jepang. Tujuannya adalah untuk membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pendapatan petani. 
 
Ini berarti bahwa harus terjadi mobilisasi massa petani, mengatur perusahaan pertanian dan aktivitas mereka, serta memperkuat perekonomian mereka. Agar berhasil menjalankan fungsinya, setiap petani wajib menjadi anggota JA cooperative. Keharusan ini sudah diterapkan sejak tahun 1931. Oleh karenanya saat ini seluruh petani di Jepang otomatis menjadi anggota JA Cooperative. 
 
Saat ini JA Cooperative telah benar-benar bebas dari Pemerintah dan merupakan lembaga swasta murni yang kepengurusannya terdiri dari para petani. Namun demikian kerjasama dengan pemerintah semakin meningkat. 
 
Saat ini seluruh wilayah Jepang memiliki JA Cooperative yang secara umum tugas nya adalah sangat banyak yakni: 
• Memberikan nasehat dalam mengelola usaha tani, penguasaan teknologi, dan penyebaran informasi pertanian • Mengumpulkan, mengangkut, dan mendistribusikan serta menjual produk pertanian 
• Penyediaan sarana produksi 
• Mengatur pengolahan produk pertanian dan penyimpanan produk 
• Sebagai Bank 
• Sebagai badan asuransi, dan 
• Menyediakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat khususnya petani 
 
Jaringan Usaha yang Kuat Untuk menjalankan fungsi tersebut JA Cooperative memiliki jaringan kerjasama yang sangat besar dengan dengan pasar local khususnya supermarket, pasar internasional, dan pemerintah. 
 
Selain itu JA Cooperative juga memiliki berbagai fasilitas pertanian yang tersebar di seluruh Jepang seperti Packaging center, Processing center, Pasar Saprodi, Pasar penjualan langsung (direct sale market), supermarket, Gudang, Penggilingan beras, Fasilitas pembuat pupuk organic, dll. 
 
Distribusi Produk Pertanian yang terjamin 
Dengan adanya JA Cooperative beberapa peran penting dan crucial bagi petani telah diatasi terutama untuk pemasaran. JA Cooperative memberikan jaminan semua produk petani terjual dengan harga diatas rata-rata dan tentu saja ini memakmurkan petani.
Pada prinsipnya terdapat tiga alternative distribusi dan pemasaran produk yang ditawarkan JA Cooperative untuk para produser (petani), yaitu: 
 
1) Produk dibeli langsung oleh JA Cooperative dengan harga di atas harga pasar (khususnya produk tertentu yang dianggap vital); 
2) Petani dapat mendistribusikan sendiri namun melalui petunjuk (advise) dari JA Cooperative (biasanya petani ingin mencari buyer yang lebih tinggi lagi dari JA Coop,); 
3) Petani dapat menitipkan produk mereka kepada JA Coop. untuk dijualkan oleh JA Coop. (biasanya perlu waktu agak lama dan hanya untuk produk-produk yang tidak terlalu penting). Fungsi Perbankan Sistem distribusi Produk yang paling popular adalah Produk dibeli langsung oleh JA Cooperative. 
 
Produk petani yang sudah dibeli oleh JA Coop. juga aman dari segi financial, karena uang hasil penjualan langsung masuk ke rekening Petani yang otomatis ada di JA Cooperative karena JA Cooperative juga berfungsi sebagai Bank. Fungsi Bank yang dikelola oleh JA Cooperative kurang lebih sama dengan Bank komersial lainnya. 
 
Hanya saja nasabahnya adalah para petani. Bank JA Cooperative juga menyediakan pelayanan pinjaman modal untuk pengembangan usaha pertanian. Dan setiap surplus dari hasil penjualan produk pertanian diarahkan pada investasi dan perluasan usaha pertanian. Dengan demikian fungsi JA Coop. sebagai Bank sangat besar kontribusinya bagi kemajuan pertanian di Jepang. Fungsi Jasa JA Cooperative juga mempunyai peran dalam memberikan pelayanan penting lainnya bagi petani Jepang. 
 
Diantaranya adalah dalam penyediaan dan penyaluran sarana produksi pertanian (termasuk peralatan mesin pertanian), memberikan asuransi produk pertanian, dan pelayanan kesehatan bagi petani. Berkat pelayanan JA Cooperative atas penyediaan sarana produksi pertanian, para petani mendapat kepastian atas keperluan usaha tani mereka, karena mereka tidak perlu bersusah payah mencari distributor. 
 
Sementara itu asuransi produk sangat membantu petani dalam menjaga keselamatan produk mereka. Sedangkan fungsi pelayanan kesehatan petani merupakan suatu ide cemerlang yang menunjukkan betapa pemerintah Jepang dan JA Cooperative sangat menghargai dan menjamin kehidupan para petani mereka. 
 
Subsidi Harga dari Pemerintah 
Meskipun saat ini banyak produk pertanian murah juga melanda Jepang (terutama dari China), namun kemakmuran petani masih tetap terjaga dan bahkan meningkat. Karena selain peran JA Coop. yang begitu besar. 
 
Pemerintah juga memberikan subsidi harga jual untuk produk tertentu petani local. Pada saat produk petani di beli oleh JA Coop. (produk tertentu) pemerintah telah mensubsidi ± 50% lebih tinggi dari harga pasar dan JA Coop. menjualnya kembali sama dengan harga pasar. Ini dilakukan ketika harga untuk produk yang sama dari luar harganya lebih murah. 
 
Dengan demikian petani Jepang tetap terlindungi dan produk mereka tetap terbeli oleh masyarakat. Dari mana datangnya subsidi tersebut? Tentu saja datang dari industri Otomotif, elektronik, jasa, dan sumber pemasukan lainnya yang tersedia yang dapat mensubsidi silang pertanian. Kita pasti sudah mengetahui bahwa Jepang sangat unggul dibidang otomotif dan elektronik dan pasar produk mereka ada di seluruh dunia. 
 
Kebijakan Prioritas Pada Produk Lokal 
Selain memberikan subsidi pada produk tertentu yang dianggap vital (seperti gandum, sugar bit, jagung, kentang, dll) pemerintah Jepang dan JA Cooperative juga mengeluarkan kebijakan agar pasar local memprioritaskan produk local. Supermarket-supermarket dipastikan untuk menyediakan outlet khusus bagi para petani agar dapat melakukan direct sale produk mereka (namun tentu saja kualitas sudah bukan menjadi halangan). 
 
Setiap outlet yang tersedia untuk produk petani local harus dilengkapi dengan photo dan data produsernya (Petani). Tujuannya adalah agar konsumen bisa lebih mengenal siapa yang menghasilkan produk tersebut. Beberapa pasar memang dirancang khusus untuk para petani agar dapat menjual langsung produk mereka. Sebut saja Niseko Town Direct Sale Station yaitu sebuah pasar langsung di Kota Niseko (Hokkaido) yang khusus menyediakan outlet penjualan langsung untuk 60 petani. 
 
Tidak hanya itu para petani juga langsung memanajemen semua aktivitas mulai dari penentuan Harga (Bar Code), Labeling, dan Packaging. Hanya petugas kashir saja yang dilakukan oleh petugas khusus. Para petani akan mendapatkan informasi langsung melalui SMS atau internet tentang produk apa saja yang sudah laku atau produk mana yang permintaannya tinggi. Informasi tersebut bisa ditanya kapan saja, tergantung kebutuhan. 
 
System Manajemen yang Baik 
Peran dan fungsi JA Cooperative tidak akan berjalan sesuai rencana jika tidak dikendalikan dengan system manajemen yang baik. Mulai dari manajemen intern sampai manajemen yang terkait kerjasama dengan pihak pemerintah dan jaringan pasar. Hal sekecil apapun diperhatikan dan dipertimbangkan oleh pihak JA Cooperative untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan mereka demi memakmurkan petani dan masyarakat Jepang. 
 
Di sisi lain, Pemerintah Jepang memahami benar bahwa meskipun sudah menjadi Negara industri maju, namun memandang pertanian sebagai salah satu penentu kemakmuran Jepang. Oleh karena itu, meskipun lahan pertanian Cuma menempati kurang dari 25% dari total areal Jepang namun Pemerintah Jepang sangat memperhatikan pengelolaannya. 

Pertanian Organik, Agrowisata (Green Tourism), Konservasi Lingkungan Konsep pembangunan pertanian di Jepang sejak tahun 1980 an sudah mengacu pada tiga hal pokok yaitu Pertanian organic, Green Tourism, dan Konservasi Lingkungan. Pertanian organic bertujuan untuk menghasilkan produk pertanian yang aman, berkualitas dan sehat bagi konsumsi. 
 
Pemerintah juga mengarahkan pembangunan pertanian tidak hanya untuk penyediaan pangan saja, melainkan sekaligus dapat menjadi objek wisata. Tidak heran bila sebagian besar kawasan pertanian di Jepang sangat menarik dan indah karena memang mereka sangat memperhatikan surface (penampilan) di setiap lahan pertanian yang ada. 
 
Konsep pembangunan pertanian lainnya adalah pembangunan pertanian yang tetap menjaga kelestarian lingkungan. Konsep ini sangat erat kaitannya dengan pertanian organic. Kombinasi kedua konsep ini menyebabkan pertanian di Jepang lebih berkesinambungan (Sustainable Agriculture). 
 
PENUTUP 
Pada kenyataannya memang tidak mudah bagi Jepang untuk membangun pertaniannya yang saat ini sudah sangat mapan. Namun dengan kerja keras, kesungguhan dan disiplin kerja yang tinggi yang dimiliki oleh masyarakat Jepang akhirnya Jepang mampu membangun pertanian yang tangguh. 
 
Mungkin karena dilator belakangi dengan kondisi alam yang kurang menguntungkan masyarakat Jepang menjadi terbiasa dengan bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam mengelola pertanian mereka apa lagi didukung dengan kebijakan pemerintah dan model system pembangunan pertanian yang tepat. Memang kita tidak bias membangun pertanian dengan pola yang sama dengan Jepang, namun banyak hal yang bisa dipelajari di Negara matahari terbit ini, terutama sikap hormat, kerja keras, dan disiplin mereka. 
 
Dan jika dibandingkan dengan Indonesia, kondisi kita jauh lebih beruntung karena alam dan iklim yang sangat mendukung pertanian. Namun sekali lagi mungkin karena system pembangunan kita yang kurang tepat, atau mungkin karena sikap mental manusianya, atau mungkin kita belum cukup bekerja keras dan kurang disiplin dalam menekuni pekerjaan. 
 
1) Anton Setyo Nugroho Staff Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir DKP Mahasiswa Doktoral di Saga University-Jepang

Sumber : 
The Indonesian Prosperious Farmer and Fisheries Union,

No comments:

Post a Comment