Di era digital, dakwah tak lagi
terbatas pada mimbar masjid atau majelis taklim. Jutaan orang kini menghabiskan
waktunya di ruang maya—berselancar di YouTube, menggulir TikTok, hingga
berdiskusi di Instagram. Fakta terbaru mencatat lebih dari 170
juta penduduk Indonesia aktif menggunakan media sosial, mayoritas adalah
generasi muda berusia 15–34 tahun. Angka ini menunjukkan satu hal: ladang
dakwah terbesar hari ini bukan hanya di lapangan terbuka, melainkan di
layar-layar gawai. Allah SWT pun berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik...” (QS. An-Nahl: 125). Maka,
siapa yang mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak, dialah yang bisa
menyampaikan Islam secara lebih efektif, efisien, dan tetap menebarkan kasih
sayang sebagai rahmatan lil‘alamin.
1. Dakwah Digital di Era Sekarang:
Efektivitas dan Keunggulan
Di zaman sekarang, dakwah tak lagi
sekadar berdiri di atas mimbar masjid. Teknologi membuka kemungkinan
menyebarkan pesan Islam ke seluruh dunia—cepat, murah, fleksibel—mengubah
dakwah menjadi lebih efektif dan efisien. Allah SWT mengamanatkan dalam Qur’an:
“Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik...” (QS. An-Nahl: 125)
2. “Pasar Pengaruh” Media
Sosial—Ladang Subur Dakwah Digital
Data terbaru menunjukkan: Indonesia
memiliki lebih dari 170 juta pengguna aktif media sosial, dan lebih dari
60% di antaranya adalah generasi muda berusia 15–34 tahun. Ini menjadikan ruang digital
sebagai ladang strategis untuk dakwah.
Selama Ramadan 2024, Populix mencatat
peningkatan konsumsi data internet sekitar 40%, utamanya untuk narsip,
pesan, dan akses konten digital. Ini memperlihatkan bagaimana masyarakat
makin bergantung pada media digital, termasuk untuk konten keagamaan.
3.
Konten Interaktif & Intelijen: Menarik dan Mencerahkan
Dalam kalangan mahasiswa, konten
dakwah favorit adalah yang singkat, visual, dan interaktif. Pendekatan ini mendukung gaya
belajar generasi muda yang cepat dan visual.
Sebuah survei kuantitatif-kualitatif
terhadap remaja dan pemuda (18–30 tahun) menunjukkan korelasi yang kuat:
semakin sering konsumsi konten dakwah digital, semakin meningkat pengetahuan
dan sikap keagamaan mereka (r = 0,68; p < 0,01).
4. Dampak pada Keagamaan—Data
Nyata di Lapangan
Skripsi dari UIN SUSKA Riau menyebut:
60,73% intensitas menonton dakwah di TikTok termasuk ‘cukup kuat’,
sementara 85,76% keagamaan mahasiswa termasuk ‘sangat kuat’,
menunjukkan pengaruh signifikan konsumsi konten dakwah digital terhadap
keagamaan.
Di SMK Negeri Gudo, korelasi
penggunaan media sosial konten dakwah dengan pemahaman agama sangat tinggi (r =
0,859), dengan kontribusi penjelasan terhadap pemahaman hingga 73,7%.
5. Tantangan: Literasi Digital dan
Etika Dakwah
Meski membawa banyak manfaat, dakwah
digital tidak lepas dari tantangan. Banyak konten keagamaan yang beredar tanpa
dasar ilmiah kuat—potensi hoaks dan misinformasi tinggi.
Etika
dakwah menjadi krusial. Rasulullah SAW mengingatkan:
“Cukuplah
seseorang dianggap berdusta apabila ia menceritakan setiap apa yang ia dengar.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, diperlukan tim
dakwah digital: penyusun materi, editor, fact-checker, dan moderator, agar
pesan tetap akurat dan bertanggung jawab.
6.
Kolaborasi dan Sinergi: Memperkuat Pesan Dakwah
Kolaborasi antara dai digital,
influencer, dan komunitas adalah strategi efektif. Hal ini sesuai prinsip
Islam:
“Tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan...” (QS. Al-Maidah: 2)
Kolaborasi menciptakan sinergi yang
memperluas jangkauan pesan dakwah dengan tetap bersahabat dengan kultur
generasi muda.
7.
Teknologi vs Kehadiran Manusia: Keseimbangan yang Harmonis
Meski AI dan
guru digital semakin menjanjikan, sentuhan manusia—empati, keteladanan,
rasa—tak tergantikan. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik:
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu...” (QS.
Al-Ahzab: 21)
Dakwah modern
terbaik adalah yang menggabungkan kehangatan insan dan kecanggihan teknologi.
8. Kesimpulan: Dakwah Digital sebagai
Keniscayaan Strategis
- Efektif: Platform digital menjangkau
luas dengan biaya minim dan fleksibilitas maksimal.
- Efisien: Konten
singkat dan visual menaikkan engagement dan pemahaman.
- Berbasis Data: Survei
membuktikan: konsistensi konsumsi konten berdakwah mendongkrak pemahaman dan keyakinan keagamaan dengan signifikan.
- Tata Kelola: Harus diimbangi dengan literasi digital, kredibilitas konten, dan etika dakwah.
Sebagai penutup,
firman Allah:
“Dan
siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri?’” (QS. Fussilat: 33)
Dengan strategi
yang tepat—menggabungkan teknologi dan sentuhan hati—dakwah modern dapat
menjadi sarana transformasi umat, menghadirkan Islam sebagai rahmatan
lil‘alamin di era digital. Islam hadir untuk menebarkan kedamaian, menumbuhkan
kasih sayang, serta membawa manfaat bagi seluruh manusia dan alam semesta.

No comments:
Post a Comment