Tuesday, 2 September 2025

Strategi Jitu Dakwah Digital Yang Efektif

 


Di era digital, dakwah tak lagi terbatas pada mimbar masjid atau majelis taklim. Jutaan orang kini menghabiskan waktunya di ruang maya—berselancar di YouTube, menggulir TikTok, hingga berdiskusi di Instagram. Fakta terbaru mencatat lebih dari 170 juta penduduk Indonesia aktif menggunakan media sosial, mayoritas adalah generasi muda berusia 15–34 tahun. Angka ini menunjukkan satu hal: ladang dakwah terbesar hari ini bukan hanya di lapangan terbuka, melainkan di layar-layar gawai. Allah SWT pun berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik...” (QS. An-Nahl: 125). Maka, siapa yang mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak, dialah yang bisa menyampaikan Islam secara lebih efektif, efisien, dan tetap menebarkan kasih sayang sebagai rahmatan lil‘alamin.

 

1. Dakwah Digital di Era Sekarang: Efektivitas dan Keunggulan

Di zaman sekarang, dakwah tak lagi sekadar berdiri di atas mimbar masjid. Teknologi membuka kemungkinan menyebarkan pesan Islam ke seluruh dunia—cepat, murah, fleksibel—mengubah dakwah menjadi lebih efektif dan efisien. Allah SWT mengamanatkan dalam Qur’an:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik...” (QS. An-Nahl: 125)

 

2. “Pasar Pengaruh” Media Sosial—Ladang Subur Dakwah Digital

Data terbaru menunjukkan: Indonesia memiliki lebih dari 170 juta pengguna aktif media sosial, dan lebih dari 60% di antaranya adalah generasi muda berusia 15–34 tahun. Ini menjadikan ruang digital sebagai ladang strategis untuk dakwah.

Selama Ramadan 2024, Populix mencatat peningkatan konsumsi data internet sekitar 40%, utamanya untuk narsip, pesan, dan akses konten digital. Ini memperlihatkan bagaimana masyarakat makin bergantung pada media digital, termasuk untuk konten keagamaan.

 

3. Konten Interaktif & Intelijen: Menarik dan Mencerahkan

Dalam kalangan mahasiswa, konten dakwah favorit adalah yang singkat, visual, dan interaktif. Pendekatan ini mendukung gaya belajar generasi muda yang cepat dan visual.

Sebuah survei kuantitatif-kualitatif terhadap remaja dan pemuda (18–30 tahun) menunjukkan korelasi yang kuat: semakin sering konsumsi konten dakwah digital, semakin meningkat pengetahuan dan sikap keagamaan mereka (r = 0,68; p < 0,01).

 

4. Dampak pada Keagamaan—Data Nyata di Lapangan

Skripsi dari UIN SUSKA Riau menyebut: 60,73% intensitas menonton dakwah di TikTok termasuk ‘cukup kuat’, sementara 85,76% keagamaan mahasiswa termasuk ‘sangat kuat’, menunjukkan pengaruh signifikan konsumsi konten dakwah digital terhadap keagamaan.

Di SMK Negeri Gudo, korelasi penggunaan media sosial konten dakwah dengan pemahaman agama sangat tinggi (r = 0,859), dengan kontribusi penjelasan terhadap pemahaman hingga 73,7%.

 

5. Tantangan: Literasi Digital dan Etika Dakwah

Meski membawa banyak manfaat, dakwah digital tidak lepas dari tantangan. Banyak konten keagamaan yang beredar tanpa dasar ilmiah kuat—potensi hoaks dan misinformasi tinggi.

Etika dakwah menjadi krusial. Rasulullah SAW mengingatkan:

“Cukuplah seseorang dianggap berdusta apabila ia menceritakan setiap apa yang ia dengar.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, diperlukan tim dakwah digital: penyusun materi, editor, fact-checker, dan moderator, agar pesan tetap akurat dan bertanggung jawab.

 

6. Kolaborasi dan Sinergi: Memperkuat Pesan Dakwah

Kolaborasi antara dai digital, influencer, dan komunitas adalah strategi efektif. Hal ini sesuai prinsip Islam:

“Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan...” (QS. Al-Maidah: 2)

Kolaborasi menciptakan sinergi yang memperluas jangkauan pesan dakwah dengan tetap bersahabat dengan kultur generasi muda.

 

7. Teknologi vs Kehadiran Manusia: Keseimbangan yang Harmonis

Meski AI dan guru digital semakin menjanjikan, sentuhan manusia—empati, keteladanan, rasa—tak tergantikan. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu...” (QS. Al-Ahzab: 21)

Dakwah modern terbaik adalah yang menggabungkan kehangatan insan dan kecanggihan teknologi.

 

8. Kesimpulan: Dakwah Digital sebagai Keniscayaan Strategis

  • Efektif: Platform digital menjangkau luas dengan biaya minim dan fleksibilitas maksimal.
  • Efisien: Konten singkat dan visual menaikkan engagement dan pemahaman.
  • Berbasis Data: Survei membuktikan: konsistensi konsumsi konten berdakwah mendongkrak pemahaman dan keyakinan keagamaan dengan signifikan.
  • Tata Kelola: Harus diimbangi dengan literasi digital, kredibilitas konten, dan etika dakwah.


Sebagai penutup, firman Allah:

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?’” (QS. Fussilat: 33)

Dengan strategi yang tepat—menggabungkan teknologi dan sentuhan hati—dakwah modern dapat menjadi sarana transformasi umat, menghadirkan Islam sebagai rahmatan lil‘alamin di era digital. Islam hadir untuk menebarkan kedamaian, menumbuhkan kasih sayang, serta membawa manfaat bagi seluruh manusia dan alam semesta.

No comments:

Post a Comment