Setiap manusia mendambakan hidup yang sukses. Ada yang
mengejarnya dengan harta, jabatan, atau kedudukan. Namun, Islam mengajarkan
bahwa kesuksesan sejati tidak berhenti di dunia, melainkan berlanjut hingga
akhirat. Hidup yang benar-benar sukses adalah hidup yang selamat dengan iman di
dunia dan mulia dengan ridha Allah di akhirat. Allah ﷻ menegaskan: “Barangsiapa yang taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, maka sungguh ia akan mendapatkan kemenangan yang besar.”
(QS. Al-Ahzab [33]: 71). Karena itu, seorang muslim harus memiliki pedoman
hidup yang jelas, agar setiap langkahnya bernilai ibadah dan menjadi bekal
untuk perjalanan panjang setelah kematian.
Awal Renungan
Setiap manusia mendambakan kesuksesan. Namun, hakikat sukses dalam pandangan Islam bukan sekadar memiliki harta, jabatan, atau kedudukan, tetapi bagaimana seseorang selamat di dunia dengan keimanan dan amal sholeh, serta mulia di akhirat dengan ridha Allah. Allah ﷻ berfirman:
"Barangsiapa yang taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, maka sungguh ia akan mendapatkan kemenangan yang besar." (QS. Al-Ahzab [33]: 71)
Ayat ini menunjukkan bahwa kesuksesan sejati hanya bisa
diraih dengan ketaatan. Oleh karena itu, seorang muslim memerlukan pedoman
hidup yang jelas agar setiap langkahnya bernilai ibadah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Orang yang cerdas adalah yang mampu menundukkan
dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati, sedangkan orang yang lemah
adalah yang mengikuti hawa nafsunya lalu berangan-angan kepada Allah.” (HR.
Tirmidzi)
A. Selalu Mengingat Dua Hal
1. Ingat Allah
Hidup seorang mukmin tidak akan tenang tanpa mengingat
Allah. Dzikir, doa, dan tadabbur menjadi penyejuk hati. Allah ﷻ
berfirman:
"Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." (QS.
Ar-Ra’d [13]: 28)
Mengenal
Allah melalui Asmaul Husna menjadi kunci penguatan iman. Dari 99 nama Allah,
ada 20 nama yang banyak digunakan para ulama untuk menggambarkan sifat utama
Allah seperti Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang), Al-Adl
(Maha Adil), Al-Hakim (Maha Bijaksana), Al-Qadir (Maha Kuasa), dan
lain-lain. Dengan mengenal sifat-sifat-Nya, seorang mukmin lebih tunduk, sabar,
dan tawakal.
Kisah
sahabat Umar bin Khattab ra. menggambarkan hal ini. Beliau selalu bergetar
hatinya saat mendengar ayat-ayat Allah. Bahkan, ketika membaca ayat tentang
azab, Umar jatuh pingsan karena rasa takutnya yang mendalam kepada Allah. Inilah bukti hati yang hidup karena senantiasa
mengingat Allah.
2. Ingat Kematian
Kematian adalah kepastian. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan
(kematian).” (HR. Tirmidzi,
An-Nasa’i)
Mengingat kematian membuat seorang muslim selalu
berhati-hati, tidak menunda amal, dan selalu memperbanyak kebaikan.
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Wahai anak
Adam, engkau hanyalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka berkuranglah
sebagian dari dirimu.”
Kisah sahabat Utsman bin Affan ra. juga menjadi teladan.
Beliau menangis tersedu-sedu setiap kali berada di kuburan. Ketika ditanya
mengapa beliau lebih menangis di kuburan daripada ketika mengingat surga dan
neraka, beliau menjawab: “Karena kubur adalah awal perjalanan akhirat. Jika
seseorang selamat di kubur, maka setelahnya akan lebih mudah. Tetapi jika ia
binasa di kubur, maka setelahnya akan lebih berat baginya.”
B. Selalu Melakukan Dua Hal
1. Melupakan Kebaikan Diri
Islam mengajarkan kita untuk tidak sombong atau merasa bangga dengan amal yang telah kita lakukan.
Allah ﷻ berfirman:
"Mereka memberikan makanan yang mereka sukai
kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan, (sambil berkata),
'Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya karena mengharap wajah Allah;
kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula (ucapan) terima
kasih." (QS. Al-Insan [76]: 8–9)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Tiga perkara yang membinasakan: kekikiran yang
ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang merasa dirinya paling
benar (ujub).” (HR. Thabrani)
Kisah sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. menjadi teladan.
Beliau adalah orang yang sangat dermawan, membebaskan budak, memberi infak
tanpa pamrih, namun tetap rendah hati seolah-olah belum berbuat apa-apa.
2. Melupakan Keburukan Orang Lain
Seorang muslim dituntut untuk mudah memaafkan dan tidak
menyimpan dendam. Allah ﷻ
berfirman:
"Dan balasan kejahatan adalah kejahatan yang
serupa. Tetapi jika seseorang memaafkan dan memperbaiki (hubungan), maka
pahalanya ada di sisi Allah." (QS. Asy-Syura [42]: 40)
Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam hal pemaaf. Ketika penduduk
Thaif menolak dakwah dengan melempari beliau hingga berdarah, Rasulullah tidak
mendoakan keburukan, tetapi justru berdoa: “Ya Allah, berilah hidayah kepada
kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Imam Syafi’i rahimahullah juga pernah dihina oleh
seseorang. Namun beliau hanya tersenyum seraya berkata: “Jika benar yang
engkau katakan, semoga Allah mengampuniku. Jika
salah, semoga Allah mengampunimu.”
Simpulan Hikmah
Kesuksesan
sejati dalam Islam bukan diukur dari banyaknya harta atau tinggi jabatan,
melainkan dari hati yang selalu ingat Allah, sadar akan kematian, ikhlas
melupakan kebaikan diri, dan lapang dada melupakan keburukan orang lain.
Marilah
kita mulai mengamalkan empat prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, agar
hidup kita penuh keberkahan dan berakhir dengan husnul khatimah.
Semoga Allah ﷻ memberikan kita kekuatan untuk istiqamah hingga akhir
hayat.
“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umur kami di
ujungnya, sebaik-baik amal kami di penutupnya, dan sebaik-baik hari kami adalah
hari ketika kami berjumpa dengan-Mu.”

No comments:
Post a Comment