Sunday, 14 September 2025

Kunci Utama Hidup Sukses Dunia Akhirat




Setiap manusia mendambakan hidup yang sukses. Ada yang mengejarnya dengan harta, jabatan, atau kedudukan. Namun, Islam mengajarkan bahwa kesuksesan sejati tidak berhenti di dunia, melainkan berlanjut hingga akhirat. Hidup yang benar-benar sukses adalah hidup yang selamat dengan iman di dunia dan mulia dengan ridha Allah di akhirat. Allah menegaskan: “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia akan mendapatkan kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab [33]: 71). Karena itu, seorang muslim harus memiliki pedoman hidup yang jelas, agar setiap langkahnya bernilai ibadah dan menjadi bekal untuk perjalanan panjang setelah kematian.

 

Awal Renungan


Setiap manusia mendambakan kesuksesan. Namun, hakikat sukses dalam pandangan Islam bukan sekadar memiliki harta, jabatan, atau kedudukan, tetapi bagaimana seseorang selamat di dunia dengan keimanan dan amal sholeh, serta mulia di akhirat dengan ridha Allah. Allah berfirman:

"Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia akan mendapatkan kemenangan yang besar." (QS. Al-Ahzab [33]: 71)

Ayat ini menunjukkan bahwa kesuksesan sejati hanya bisa diraih dengan ketaatan. Oleh karena itu, seorang muslim memerlukan pedoman hidup yang jelas agar setiap langkahnya bernilai ibadah. Rasulullah bersabda:

“Orang yang cerdas adalah yang mampu menundukkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati, sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya lalu berangan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)



A. Selalu Mengingat Dua Hal


1. Ingat Allah


Hidup seorang mukmin tidak akan tenang tanpa mengingat Allah. Dzikir, doa, dan tadabbur menjadi penyejuk hati. Allah ﷻ berfirman:

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." (QS. Ar-Ra’d [13]: 28)

Mengenal Allah melalui Asmaul Husna menjadi kunci penguatan iman. Dari 99 nama Allah, ada 20 nama yang banyak digunakan para ulama untuk menggambarkan sifat utama Allah seperti Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang), Al-Adl (Maha Adil), Al-Hakim (Maha Bijaksana), Al-Qadir (Maha Kuasa), dan lain-lain. Dengan mengenal sifat-sifat-Nya, seorang mukmin lebih tunduk, sabar, dan tawakal.

Kisah sahabat Umar bin Khattab ra. menggambarkan hal ini. Beliau selalu bergetar hatinya saat mendengar ayat-ayat Allah. Bahkan, ketika membaca ayat tentang azab, Umar jatuh pingsan karena rasa takutnya yang mendalam kepada Allah. Inilah bukti hati yang hidup karena senantiasa mengingat Allah.


2. Ingat Kematian


Kematian adalah kepastian. Rasulullah bersabda:

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan (kematian).” (HR. Tirmidzi, An-Nasa’i)

Mengingat kematian membuat seorang muslim selalu berhati-hati, tidak menunda amal, dan selalu memperbanyak kebaikan.

Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Wahai anak Adam, engkau hanyalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka berkuranglah sebagian dari dirimu.”

Kisah sahabat Utsman bin Affan ra. juga menjadi teladan. Beliau menangis tersedu-sedu setiap kali berada di kuburan. Ketika ditanya mengapa beliau lebih menangis di kuburan daripada ketika mengingat surga dan neraka, beliau menjawab: “Karena kubur adalah awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat di kubur, maka setelahnya akan lebih mudah. Tetapi jika ia binasa di kubur, maka setelahnya akan lebih berat baginya.”



B. Selalu Melakukan Dua Hal


1. Melupakan Kebaikan Diri


Islam mengajarkan kita untuk tidak sombong atau merasa bangga dengan amal yang telah kita lakukan. 

Allah berfirman:

"Mereka memberikan makanan yang mereka sukai kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan, (sambil berkata), 'Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya karena mengharap wajah Allah; kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. Al-Insan [76]: 8–9)

Rasulullah juga bersabda:

“Tiga perkara yang membinasakan: kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang merasa dirinya paling benar (ujub).” (HR. Thabrani)

Kisah sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. menjadi teladan. Beliau adalah orang yang sangat dermawan, membebaskan budak, memberi infak tanpa pamrih, namun tetap rendah hati seolah-olah belum berbuat apa-apa.


2. Melupakan Keburukan Orang Lain


Seorang muslim dituntut untuk mudah memaafkan dan tidak menyimpan dendam. Allah berfirman:

"Dan balasan kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Tetapi jika seseorang memaafkan dan memperbaiki (hubungan), maka pahalanya ada di sisi Allah." (QS. Asy-Syura [42]: 40)

Rasulullah adalah teladan terbaik dalam hal pemaaf. Ketika penduduk Thaif menolak dakwah dengan melempari beliau hingga berdarah, Rasulullah tidak mendoakan keburukan, tetapi justru berdoa: “Ya Allah, berilah hidayah kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Imam Syafi’i rahimahullah juga pernah dihina oleh seseorang. Namun beliau hanya tersenyum seraya berkata: “Jika benar yang engkau katakan, semoga Allah mengampuniku. Jika salah, semoga Allah mengampunimu.”



Simpulan Hikmah


Kesuksesan sejati dalam Islam bukan diukur dari banyaknya harta atau tinggi jabatan, melainkan dari hati yang selalu ingat Allah, sadar akan kematian, ikhlas melupakan kebaikan diri, dan lapang dada melupakan keburukan orang lain.

Marilah kita mulai mengamalkan empat prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, agar hidup kita penuh keberkahan dan berakhir dengan husnul khatimah.

Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk istiqamah hingga akhir hayat.

“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umur kami di ujungnya, sebaik-baik amal kami di penutupnya, dan sebaik-baik hari kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu.”

No comments:

Post a Comment