Thursday, 27 June 2013

Perkembangan Pengendalian Avian Influenza A (H7N9)



Pada tanggal 31 Maret 2013 Otoritas Republik Rakyat Cina melaporkan pertama kali Timur kepada Organisasi Kesehatan Dunia tiga kasus manusia terinfeksi dengan Influenza strain A baru (H7N9) di Cina bagian, sesuai ketentuan Regulasi Kesehatan Internasional (International Health Regulations, WHO 2007)

Tiga orang yang terinfeksi meninggal setelah memperlihatkan gejala penyakit pada saluran pernapasan dari gejala yang ringan hingga berat termasuk pneumonia (radang paru-paru) yang parah.  Sejak saat itu, hampir setiap hari dilaporkan kasus baru oleh Kementerian Kesehatan Cina.  Sementara itu sumber penyebab A (H7N9) belum bisa dikonfirmasi, surveilans virus kasus besar memperlihatkan bukti terdapat infeksi pada ayam, itik dan merpati.  Dan juga telah ditemukan postif sampel yang diperoleh dari lingkungan di beberapa pasar unggas hidup. 

Sejauh ini belum ditemukan kasus pada burung liar dan babi.  Cara infeksi pada manusia dipercayai melalui rute oro-paryngeal route, yang bisa menyebabkan gejala klinis dari sub-klinis hingga ringan dan bisa menyebabkan pneumonia yang parah. 

Angka kematian diperkirakan mencapai 20%.

Virus Influenza A (H7N9) ini unik karena tidak menyebabkan penyakit atau penurunan produksi pada populasi unggas tetapi telah menimbulkan infeksi yang berat pada manusia.  Jadi low pathogenic Influenza A(H7N9) ini mempunyai potensi yang besar menyebar luas di peternakan unggas tanpa terdeteksi. 
Sampai saat ini belum ada bukti terdapat penularan dari manusia ke manusia yang berlanjut.

Analisis secara Laboratorium terhadap genetik yang membentuk virus ini menjadi perhatian utama.  Rangkaian genetiknya berasal dari paling sedikit 4 virus avian inflliuenza, dan telah menunjukan mempunyai kecocokan pada sel mamalia.  Maka dari itu, spesies hewan mamalia berpotensi terinfeksi dan menjadi reservoir kedua.

Data surveilans dan epidemiologi menunjukan bahwa virus ini terdapat pada level tinggi dalam lingkungan pasar unggas hidup (terutama pada pasar besar).  Sumber besar virus di pasar adalah unggas domestik yang dibawa dari berbagai peternakan kemudian tersebar keluar dari pasar.  

Pasar unggas hidup tampaknya menjadi sumber utama penyebaran virus ke manusia.  Ini merupakan asumsi awal berdasarkan keterbatasan data,

Hal ini belum cukup dapat ditekankan karena masih terdapat kesenjangan pengetahuan yang signifikan mengenai sumber virus dari hewan dan distribusi secara geografik.

Pemerintah RRC telah merespon situasi ini dengan mengimplementasikan berbagai macam peraturan termasuk pengafkiran dan kompensasi, penutupan pasar unggas hidup, pelarangan lalulintas unggas dari provinsi tertular.  Palarangan ini telah menimbulkan dampak negatif pada poduksi unggas.  Kerugian baik pada penyakit pada manusia maupun kehilangan kehidupan, kerugian secara ekonomi, pada tiga minggu pertama sejak kasus virus baru ini ditotal diperkirakan sekitar 1,6 milyar USD.  

Akan tetapi pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah RRC telah menghasilkan dampak positif, kasus pada manusia telah mengalami penurunan secara signifikan setelah dilakukan penutupan pasar unggas hidup di daerah Shanghai.


Untuk pencegahan penyebaran virus H7N9 ini telah diselenggarakan diskusi Tehnik dan Kebijakan pada Pencegahan dan Pengendalian Avian Influenza A (H7N9) di Asia bertempat di bangkok tanggal 24-25 Juni 2013.

No comments:

Post a Comment