Thursday, 5 July 2012

Second FAO/OIE Global Conference on Foot and Mouth Disease Control



A.     Pelaksanaan Konferensi
Konferensi Global FAO/OIE Penyakit Mulut dan Kuku ke Dua dilaksanakan di Bangkok Thailand, pada tanggal 27 – 29 Juni 2012.  Konferensi ini dihadiri oleh Menteri Pertanian Thailand sebagai tuan rumah dan Menteri Pertanian Indonesia sebagai perwakilan ASEAN Minister of Agriculture and Forestry (AMAF), pejabat senior veteriner, praktisi dokter hewan swasta, perwakilan organisasi pemerintah maupun non-pemerintah, para ilmuwan, para penyandang dana multilateral maupun bilateral.

Delegasi RI yang hadir dalam konferensi ini adalah Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Ir. Syukur Iwantoro, MS,MBA, Staf Khusus Menteri Bidang Efisiensi Pembangunan Pertanian Dr. Drh. Hasim Danuri, Direktur Kesehatan Hewan Drh. Pudjiatmoko, Ph.D, Kasubdit Perlindungan Hewan Drh. Tjahjani W, Kabid Bilateral Pusat Kerjasama Luar Negeri Ir. Yusral Tahir, M.Agr, Kepala Seksi Analisa Risiko Penyakit Hewan Drh. Makmun, MSc. 

Menteri Pertanian Indonesia Dr. Suswono hadir sebagai Ketua AMAF guna menyampaikan pidato untuk menyatakan dukungan dan komitmen negara-negara ASEAN pada pengendalian penyakit Foot and Mouth Disease (FMD/ Penyakit Mulut dan Kuku/PMK) secara global.  Posisi Indonesia dalam hal ini adalah sebagai negara yang bebas penyakit FMD  tanpa vaksinasi melalui self declaration pada tahun 1986 dan diakui oleh OIE pada tahun 1990.

Konferensi ini diselenggarakan atas rekomendasi konferensi pertama yang dilaksanakan di Paraguay pada tahun 2009. Pada konferensi ini diharapkan partisipasi dari negara bebas maupun Negara terinfeksi FMD, organisasi internasional dan Negara/lembaga donor yang relevan untuk mendukung suatu program pengendalian FMD secara global.

Konferensi kedua ini mempunyai dua bahasan utama, yang pertama adalah membahas mengenai tehnik dan yang kedua membahas masalah sosial ekonomi yang barkaitan dengan Pengendalian FMD.
 
Para Ahli / expert dalam bidang veteriner mempresentasikan analisis situasi global FMD, dampak dan kajian sosial-ekonomi penyakit FMD, laporan kemajuan capaian pengendalian FMD di setiap regional, pembahasan vaksin, metoda diagnosa, hasil penelitian-penelitian terkini dan laboratorium netwoking.  Dilaksanakan juga presentasi strategi pengendalian AI secara global, piranti dan metodanya yang digunakan, dan kesenjangan dan kebutuhan yang ditujukan untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan.  Budjet yang diperlukan untuk mengimplementasikan strategi ini selama lima tahun pertama juga dipresentasikan. Donor dan perwakilan negara bebas-FMD dan negara terinfeksi FMD juga mempresentasikan pandangannya tentang berbagai hal untuk pengendalian FMD yang progresif.

Foot-and-Mouth disease (FMD) adalah penyakit hewan yang sangat menular dan penyakit transboundary (lintas batas) yang tipikal secara regional dan global. Lintas batas secara alami menjadi bertambah penting karena perkembangan dan pesatnya perdagangan hewan dan produk asal hewan serta meningkatnya perjalanan manusia di seluruh dunia.   Penyakit ini dapat menjangkiti semua binatang berkuku genap baik ternak maupun binatang liar. Sebagai reservoir utama virusnya adalah kerbau dan sapi.

Pada saat ini FMD menyebar luas seluruh dunia, terutama di Afrika, Asia, dan Timur Tengah. Pada akhir Januari 2012, dari 178 negara anggota OIE, 97 berstatus belum bebas FMD, 66 dinyatakan negara bebas FMD (6 tanpa vaksinasi, 1 dengan vaksinasi dan 3 mempunyai zoona bebas dengan dan tanpa vaksinasi).  Lima negara statusnya ditunda.  Amerika Utara, Mayoritas Amerika Selatan, Eropa Barat, Indonesia, Australia, New Zealand dan negara kepulauan di Pasifik bebas penyakit FMD.

Strategi dan sarana pengendalian FMD merupakan kebutuhan masyarakat dunia karena berdampak kepada semua negara, populasi, dan generasi mendatang, dan setiap negara saling tergantung satu sama lain untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan.

FAO dan OIE bekerjasama mempersiapkan strategi pengendalian FMD secara Global dibantu oleh organisasi regional dan para ahli, dan dibawah payung Kerangka kerjasama  global untuk Kemajuan Pengendalian Penyakit Hewan Lintas Batas.

Presentasi Hari Pertama
1.    Pengendalian FMD secara global dan penguatan sistem kesehatan hewan melalui perbaikan pengendalian pengendalian penyakit penting (oleh J. Ubroth)
2.    Analisis situasi FMD seluruh dunia, kecenderungan dan perbedaan regional (oleh J.M. Lammond dkk)
3.    Wild life and FMD (W.B. Karesh)
4.    Kemajuan pengendalian Pathway untuk FMD (PCP-FMD) , alat untuk pengembangan pengendalian FMD untuk jangka panjang yang berkelanjutan secara nasional dan regional (K. Sumption dkk)
5.    Performance of Veterinary Services (PVS) Pathway (oleh A. Dehove)
6.    Mempertahankan status bebas FMD: Pengalaman dari Amerika Selatan (oleh C.H.F. Marques)
7.    Mempertahankan status bebas FMD: Pengalaman dari Afrika Selatan (oleh M. Letshwenyo)
8.    Surveilans FMD: prinsip umum dan pendekatan situasi epidemiologi yang berbeda (oleh C. Zepeda)

Presentasi Hari Kedua
1.    Laboratorium : Metoda dan sarana Diagnosa  (oleh W. Vosloo/ AAHL, Australia)
2.    Jejaring kerja laboratorium referesi International and Regional (oleh S Metwally/FAO)
3.    Vaksin: Tipe, pengujian mutu, ketepatan, suplai (oleh A. Donalddson/UK)
Penggunaan vaksin dan strategi vaksinasi(Oleh M. Lombard/France)
4.    Penelitian yang sedang berlangsung dan Kebutuhan penelitian mendatang (oleh K.de Clercq/Coda Cerva-Belgium)
5.    Pengalaman pengendalian FMD di Thailand (oleh T. Chaosuancharoen/ Thailand)
6.    Virus Pool 1- South East and East Asia (oleh R. Abila/OIE)
7.    Virus Pool 2- South Asia (oleh S Morzaria/FAO)
8.    Virus pool 3 - Eurasia/Middle east ( oleh H. Askaroglu/Turkey)
9.    Virus pool 4- East Africa (oleh Weseka (FMD lab, Kenya)
10. Virus pool 5- West and Central Africa (oleh K. Tounkara (PANVAC)
11. Virus pool 6- Southern Africa (oleh M. Mulumba (SADC)
12. Nothern Africa (oleh J. Berrada)
13. Virus pool 7- South America (oleh O. Cosivi/ Panaftosa/PAHO)

Presentasi Hari Ketiga
Pengendalian FMD Global, Sosial-ekonomi dan implementasi pembiayaan:
1.    Aspek Sosial ekonomi FMD (oleh J Rushton/RVC,UK)
2.    Strategi Pengendalian FMD Global (oleh J. Domenech/Join FAO/OIE FMD-WG)
3.    Estimasi biaya awal untuk strategi 5 tahun pertama FAO/OIE global untuk pengendalian FMD (oleh F. Le Gall (World Bank)
4.    FMD portofolio review ( oleh n Leboucq(joint FAO/OIE FMD-WG)
Pandangan Negara, Organisasi Regional, donors, industri dan LSM
Kesimpulan Konferensi
Status Indonesia
Indonesia negara bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tanpa vaksinasi di deklarasi sendiri (self declaration)  sejak 1986  dan sejak 1990 diakui oleh OIE (resolution XI/1990)

Risiko atau ancaman yang paling potensial masuknya kembali PMK ke Indonesia  adalah:
1.    Perbatasan dengan negara tertular
2.    Pemasukan yang tidak legal/penyelundupan hewan dan produknya dari negara tertular.

Upaya yang dilakukan Indonesia untuk mempertahankan bebas status:
1.    Penguatan perundangan
2.    Memperketat prosedur importasi hewan dan produk hewan
3.    Penguatan karantina terutama di daerah perbatasan dan daerah yang risiko tinggi;
4.    Penerapan Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia (KIATVETINDO PMK) melalui Simulasi  PMK yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun;
5.    Peningkatan kemampuan system diagnosa;
6.    Penguatan sistem surveilans dan pelaporan penyakit;
7.    Penguatan integrasi dengan sector swasta ;
8.    Meningkatkan sistem informasi dan komunikasi;

No comments:

Post a Comment